Di seluruh dunia, rupanya manusia memiliki tahap-tahap dan bentuk-bentuk yang sama dalam menguasai kemahiran berbahasa. Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak kanak-kanak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya.
Selama pemerolehan bahasa pertama, Chomsky menyebutkan bahwa ada dua proses yaitu proses kompetensi dan performansi. Kedua proses ini merupakan dua proses yang berlainan. Kompetensi adalah proses penuasaan tata bahasa secara tidak disadari. Kompetensi dibawa anak sejak lahir, dan memerlukan pembinaan sehingga anak-anak memiliki performansi berbahasa. Perfomasi sendiri adalah kemampuan anak menggunakan bahasa berkomunikasi ( pemahaman dan penerbitan kata-kata).
Pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak di manapun juga memperoleh bahasa pertamanya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya ddilandasi oleh biologi dan neurologi manusia yang sama, tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Chomsky mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input sekitarnya.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang tahapan pemerolehan bahasa, sebagai pemenuhan atas tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah psikologi umum. Semoga makalh ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pembaca. Makalah ini pun masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sebagai perbaikan penulisan makalah kedepan. Terimaksasih.
TAHAP-TAHAP PEMEROLEHAN BAHASA
Di tahun pertama kehidupan, manusia tampaknya memproduksi bahasa dengan bergerak maju melewati tahap- tahap berikut :
1. Mendekut ( kebanyakan mengandung bunyi vokal)
Bayi-bayi sanggup memproduksi bunyi dari dirinya sendiri. Yang paling jelas, aspek-aspek komunikatif dari tanisan – entah diniatkan atau tidak- berfungsi cukup efektif. Namun berdasarkan kemahiran berbahasanya, mendekutnya bayi-bayi yang paling membingungkan ahli-ahli bahasa. Mendekut (cooing) adalah ekspresi oral bayi mengeksplorasi pemroduksian bunyi vocal.Mendekutnya bayi di seluruh dunia, termasuk bayi-bayi tuli juga, tidak bisa dibedakan di antara bayi -bayi dan bahasa-bahasa yang berbeda.
Bayi-bayi sebenarnya lebih baik ketimbang orang dewasa dalam memilihkan bunyi yang tidak bermakna bagi mereka (Werker, 1989). Mereka bisa membuat pilihan fonetik yang sudah tidak bisa dibedakan lagi oleh orang dewasa.
2. Meraban/ mengoceh (mengandung bunyi konsonan dan bunyi vokal)
Di tahap ini bayi-bayi tuli tidak lagi mengucapkan bunyi vokal. Bagi telinga kita, merabannya bayi terus meningkat di antara pembicara-pembicara dari kelompok-kelompok bahasa yang berbeda terdengar sangat mirip (Oller & Eilers, 1998).
Bunyi diproduksi berdasarkan perubahan di dalam pendengaran bayi. Meraban (babbling) adalah produksi yang dipilih bayi terkait fonem-fonem yang terpilih –entah bunyi vokal maupun konsonannya- yang merupakan cirri bahasa asal bayi (Locke, 1994; petitto & Marentette,1991). Oleh karena itu, mendekutnya bayi diseluruh dunia esensinya sama, namun merabannya bayi berbeda. Salama tahap Ini, kemampuan bayi untuk mencerap dan memproduksi fon-fon selain fonem semakin memudar.
3. Ucapan Satu Kata
Pada akhirnya, bayi mengucapkan kata pertamanya. Ini diikuti dengan singkat oleh satu dua kata lagi. Segara sesudahnya, beberapa kata lagi menyusul. Ucapan ini terbatas pada bunyi vokal dan konsonan yang digunakan (Ingram, 1999). Bayi menggunakan satu kata ini –yang disebut holo frase- untuk menyampaikan intense, keinginan dan tuntutan. Biasanya, kata-kata adalah kata benda yang melukiskan objek yang dikenal, yang biasa dilihat anak (seperti mobil, buku, bola,dll) atau keinginan (seperti mama. Papa, jus, kue, dll).
Pada usia 18 bulan, anak-anak biasanya memiliki kosakata 3 sampai 100 kata (Siegler, 1986). Namun, kosakata anak kecil masih tidak bisa menuangkan semua keinginanny. Akibatnya, anak-anak banyak melakukan kesalahan. Sebuah kekeliruan melebih-lebihkan isi (overextension error) adalah perluasan sacara keliru makna kata-kata dari dalam leksikon untuk menuangkan hal-hal dan gagasan-gagasan tetapi masih belum mrmiliki kata baru untuk mengekspresikannya.
4. Ucapan Dua Kata dan Ujaran Telegrafik.
Secara bertahap, antara usia 1,5 sampaai 2,5 tahun, anak-anak mulai mengombinasikan kata-kata tunggal untuk menghasilkan ucapan dua kata. komunikasi-komnikasai awal ini tampaknya lebih lebih mirip telegram ketimbang percakapan. Kata depan, kata sambung dan morfem-fungsi lainnya biasanya ditinggalakan.. oleh karena itu, para ahli bahasa menyebut ucapan-ucapan awal ini mirip ujaran di dalam telegram.
Ujaran telegrafis ini dapat digunakan untuk menggambarkan ujaran dua atau tiga kata bahkan yang sedikit lebih panjang, namun tidak memiliki fungsi.
5. Struktur Kalimat dasar Orang Dewasa
Kosakata mengembang dengan cepat. Ia berlipat lebih dari tiga kali, dari sekitar 300 kata pada usia 2 tahun menjadi 1.000 kata pada usia 3 tahun.hampir secara menakjubkan, mulai dari kira-kira usia 4 tahun, dengan kemahiran kosakata yang bertambah (lihat Bloom, 2000 untuk diskusi tentang mekanisme-mekanisme kemahiran ini) kemampuan anak mencapai fondasi dan struktur bahasa orang dewasa. Pada usia 5 tahun, kebanyakan anak juga bisa mengerti dan memroduksi konstruksi kalimat yang cukup kompleks dan tidak lazim. Pada usia 10 tahun, bahasa anak secara fundamental sudah samaa seperti orang dewasa.
Proses Perkembangan Bahasa Anak
1. Fonologi
Anak menggunakan bunyi-bunyi yang telah dipelajarinya dengan bunyi-bunyi yang belum dipelajari, misalnya menggantikan bunyi /l/ yang sudah dipelajari dengan bunyi /r/ yang belum dipelajari. Pada akhir periode berceloteh, anak sudah mampu mengendalikan intonasi, modulasi nada, dan kontur bahasa yang dipelajarinya.
2. Morfologi
Pada usia 3 tahun anak sudah membentuk beberapa morfem yang menunjukkan fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan gramatika sering terjadi pada tahap ini karena anak masih berusaha mengatakan apa yang ingin dia sampaikan. Anak terus memperbaiki bahasanya sampai usia sepuluh tahun.
3. Sintaksis
Alamsyah (2007:21) menyebutkan bahwa anak-anak mengembangkan tingkat gramatikal kalimat yang dihasilkan melalui beberapa tahap, yaitu melalui peniruan, melalui penggolongan morfem, dan melalui penyusunan dengan cara menempatkan kata-kata secara bersama-sama untuk membentuk kalimat.
4. Semantik
Anak menggunakan kata-kata tertentu berdasarkan kesamaan gerak, ukuran, dan bentuk. Misalnya, anak sudah mengetahui makna kata jam. Awalnya anak hanya mengacu pada jam tangan orang tuanya, namun kemudian dia memakai kata tersebut untuk semua jenis jam.
DAFTAR PUSTAKA
Werker, J.E. 1989. Becoming a Native Listener. Dalam American scientist, No.77, hlm. 54-59.
Oller, D.K., Eilers,. R.E. 1998. Interpretive and Methodological Difficulties in Evaluating Babbling Drift. Dalam parole, No. 7 hlm. 147-164.
Locke, J.L. 1994. Phases in the Child’s Development of Language. Dalam American scientist, No. 82, hlm. 436-445.
Petitto, L., & Marentette, P.F. 1991. Babbling in the manual mode: Evidence For the Ontogeny of Language. Dalam Scientist, No. 251 (5000), hlm. 1493-1499.
Ingram, D. 1999. Phonological Acquisition. Dalam M. Barret (Ed.), The Development of Language. Eats Sussex, UK: Psycology Press. Hlm.845-865.
Siegler, R.S. 1986. Children’s Thinking. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Sternbernberg, Robert. J . 2008. Psikologi Kognitif_edisi empat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BalasHapusDISITULAH LETAK PERKEMBANGAN SEORANG BAYI YANG MAU TUMBUH JADI ANAK-ANAK
Perkembangan bahasa bayi tergantung dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitar terutama lingkungan keluarga, bahasa apa? Kata apa? Dan bagaimana cepatnya bayi merespon itu semua tergantung orang disekitarnya.
BalasHapusAPAKAH PERKEMBANGAN BAHASA ANAK SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK?
BalasHapusterimakasih
BalasHapus