I. KREATIF
Pada zaman modern dibutuhkan suatu kemampuan agar dapat bertahan dalam setiap persaingan hidup. Setiap hari terjadi perubahan dan masalahpun menjadi semakin kompleks. Akhirnya hanya orang atau kelompok yang mempunyai daya saing kuat yang mampu bertahan.
Kreatif adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memiliki daya cipta. Untuk mewujudkan sifat kreatif dibutuhkan kecerdasan dan imajinasi. Sifat kreatif memunculkan inovasi yaitu kemampuan untuk memperbaharui sesuatu yang ada. Jika kreatif dianggap sebagai daya atau kemampuan, maka inovasi sebagai hasil atau produk.
Kreatifitas mempunyai peranan penting dalam hidup manusia. Tanpa kreatifitas, kita tidak mampu bertahan, menghadapi perubahan hidup. Sedangkan orang yang tidak kreatif akan menemui kagagalan dan tidak mampu bertahan menghadapi perubahan hidup.
Cara menjadi pribadi kreatif :
Pertama, selalu memiliki rasa ingin tahu. Orang kreatif gemar mencari informasi dan cinta ilmu. Tiada waktu berlalu, kecuali intuk berinovasi. Oleh karena itu, kita harus berusaha mendapatkan informasi dan ilmu melalui media cetak dan elektronik, hasil penelitian serta aktif berdiskusi.
Kedua, terbuka pada hal yan baru. Orang kreatif adalah orang yang tidak terbelenggu dengan pendapatnya sendiri. Dia bias mengolah dan menyaring hal-hal yang baik.
Ketiga, berani mengambil resiko. Orang yang kreatif tidak takut mengalami kegagalan. Sebab kegagalan merupakan resiko dari usahanya.
Keempat, memiliki semangat sukses dalam hidup. Munculnya semangat akan melipat gandakan kemampuan seseorang dalam berprestasi. Orang yang kreatif mempunyai semangat untuk maju dan berprestasi.
Sebagaimana dalam islam, Allah menyukai orang-orang yang berusaha dan Allah juga tidak hanya melihat hasil perbuatan, tetapi melihat apa yang telah dilakukan.
Ketika seseorang ingin menggapai keinginannya, dia harus berfikir kreatif dan menemukan cara tepat untuk mewujudkannya. Usaha yang telah dilakukan akan mendapat imbalan dari Allah dan tidak akan merasa rugi meskipun ia tidak mendapatkan hasil usahanya selama di dunia, ia akan mendapatkannya di akherat.
II. DINAMIS
Manusia merupakan makhluk individu dan social. Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai hak sebagai pribadi yang bebas. Sedangkan sebagai makhluk social dia aharus hidup berkelompok dengan orang lain. Dalam hidup bermasyarakat tentu saja akan ditemui berbagai masalah. Masalah tersebut muncul karena perbedaan keinginan dari masing-masing individu. Oleh karena itu agar dapat bertahan setiap manusia harus bias menyesuaikan diri dengan keadaan masyarakat setempat.
Sementara itu, manusia juga harus dapat menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Untuk menghadapi persaingan hidup, manusia membutuhkan semangat untuk terus bertahan. Apalagi hidup dizaman yang serba mesin, tentu dibutuhkan SDM yang tangguh.
Salah satu solusi untuk mengatasi masalah hidup yang sangat kompleks, yaitu bersikap dinamis. Dinamis berarti penuh semangat, cepat bergerak, dan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. Orang yang dinamis selalu mempunyai semangat untuk mengubah keadaan. Dia tidak hanya menerima takdir sepenuhnya tetapi selalu berusaha mengubahnya. Allah telah berjanji dalam al-quran bahwa Allah tidak akan mengubah takdir seseorang kecuali orang tersebut mengubah takdir itu sendiri.
Al-insan pada ayat diatas diartikan sebagai gerak manusia dan sifat dinamis. Sebagian dari cirri khas sifat manusia, yaitu bergerak dan dinamis. Maksudnya, manusia saling berinteraksi dengan yang lain dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kita bisa mengambil contoh sifat dinamis dilingkungan sekolah. Pada saat belajar matematika, mungkin kita berfikir bahwa matematika pelajaran yang sulit. Cobalah munculkan semangat belajar matematika dengan rajin mengerjakan latihan soal dan belajar dengan teman-teman yamg pintar. Jangan putus asa jika tidak menemukan jawaban soal.
Apabila tidak membiasakan diri bersifat dinamis, berarti kita akan merugi karena tidak bias memanfaatkan kesempatan yang ada.
III. SABAR
Manusia yang palig baik disisi Allah adalah manusia yang palig bertaqwa. Untuk mencapai derajat taqwa, seseorang harus melewati ujian hidup. Ujian hidup yang dijalani oleh setiap manusia berbeda tingkat kesulitannya. Oleh kerana itu, diperlukan kesabaran dalam menghadapi ujian tersebut.
Secara bahasa, sabar berarti tabah hati dan menahan kehendak nafsu untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Menurut seorang ulama, Dzun al-nun al-mishry sabar berarti tidak berniat melakukan hal yang bertentangan dengan kehendak Allah dan tetap bersikap tenang ketika mendapat cobaan.
Secara umum kesabaran diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. kesabaran jasmani adalah kesabaran yang melibatkan anggota tubuh misalnya sabar dalam menghadapi penyakit.
2. kesabaran rohani yaitu kesabaran yang melibatkan kemampuan menahan kehendak nafsu yang mengarah pada kejelekan. Misalnya sabar menahan amarah dan menahan nafsu.
Orang yang sabar menganggap bahwa semua kesukaran yang dihadapi merupakan cobaan dari Allah. Seseorang yang memiliki sifat sabar senantiasa bersemangat tinggi dan tenang walaupun dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Rasululloh menegaskan bahwa cobaan apapun yang kita alami bernilai ibadah, jika kita bersabar dalam menghadapinya. Orang yang sabar juga akan mendapatkan imbalan dari Allah. Orang yang sabar akan menerima ampunan dan rahmat dari Allah
Sesuatu yang kita anggap baik, belum tentu baik dalam pandangan Allah. Sebaliknya sesuatu yang kita anggap buruk, belum tentu buruk dalam pandangan Allah. Jadi, belum tentu suatu musibah berdampak buruk bagi kita sebab dalam musibah tersebut terdapat hikmah yang sangat besar. Dan Allah juga akan meninggikan derajat orang-orang yang sabar.
Terkadang kita merasa bahwa, musibah yang kita alami sangat berat. Padahal cobaan yang dialami Rosulullo jauh lebih berat dasri pada kita. Misalnya dalam berdakwah, beliau harus bersabar menghadapi perlawanan kaum kafir Quraisy
Pada saat mendapatkan musibah, kita tidak boleh bersedih hati. Kita harus pasrah terhadap smua ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah, karena orang yang sabar akan mendapatkan inayah. Imam Ghazali berpendapat bahwa, pasrah kepada Allah dapat mengusir segala bentuk tekanan dalam jiwa seseorang. Orang yang tidak sabar cenderung mudah mengalami stress dan penyakit.
Pondasi agama merupakan landasan kuat dalam menghadapi semua tantangan kehidupan, sebab Allah telah menegaskan dalam al-quran surat al-baqarah ayat 155-156 :
Setiap manusia pasti akan mengalami ujian hidup yang berbeda-beda. Ujian tersebut harus dijalani dengan pebuh kesabaran. Untuk mencapai derajat taqwa disisi Allah maka kita harus menjadi orang yang sabar. Yaitu sabar dalam melaksanakan agama Allah, sabar dalam menghadapi dorongan hawa nafsu yang tidak baik dan sabar menghadapi orang lain yang merugikan hidup kita.
III. TAWAKAL
Untuk mencapai sebuah tujuan, kita harus berusaha denagan maksimal. Setelah berusaha kita harus bertawakal kepada Allah. Jadi apabila kita mengalami kegagalan ataupun kesuksesan, kita harus yakin bahwa semua yang terjadi merupakan ketentuan Allah yang harus dijalani dengan ikhlas.
Tawakal berasal dari kata al-wakalah. Jika dikatakan wakalla fulan amruhu ila fulan artinya orang yang pertama menyerahkan urusannya kepada orang yang kedua serta bersandar kepadanya dalam urusan tersebut.
Tawakal juga berarti menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah setelah dirinya berusaha. Dengan demikian tawakal menjadi tidak sempurna jika tidak disertai keyakinan secara menyeluruh. Pada saat bertawakal kita hanya bersandar pada Allah semata seperti keadaan anak kecil yang bersama ibunya.
Dengan bertawakal kita akan mempunyai kekuatan untuk memerima semua ketentuan Allah. Kekuatan yang diharapkan itu berasal dari adany keyakinan kepada Allah. Keyakinan inilah yang dapat mendatangkan kekuatan spiritual, karena seseorang yang beriman hanya berharap pada karunia Allah dan menjadikan Allah sebagai satu-satunya tempat bergantung.
Berdasarkan ayat diatas kita mengetahui bahwa Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana. Allah dapat mengubah ketetapan yang akan terjadi pada kita karena Dia Maha Perkasa. Dia juga tidak akan menyia-nyiakan usaha dan tawakal kita karena Dia Maha Bijaksana.
Bertawakal kepada Allah bukan berarti menyerah pada nasib, tetapi sebagai pendorong jiwa yang membangkitkan tekad agar tidak mudah putus asa. Sebagai contoh pada saat kita ujian, kita tentu belajar dengan rajin. Setelah ujian, kita menyerahkan hasilnya hanya kepada Allah. Jika kita berhasil, hal itu merupakan rahmat Allah. Sedangkan jika kita gagal, yakinlah bahwa Allah akan menggantikan dengan kebaikan yang berlipat
Maksud ayat diatas yaitu Allah akan memberikan hikmah yang besar kepada hambaNYA yang bertawakal. Orang yang bertawakal pada Allah akan senantiasa tenang dalam menjalani hidup dan tidak mudah putus asa.
DAFTAR PUSTAKA
Abduh, Syekh Muhammad.1992. Risalah Tauhid, cet. Ke-9, terj. K. H Firdaus. Jakarta : Bulan Bintang.
Latif, Zakki Mubarok, dkk. 2003. Akidah Islam, cet. Ke-3. Yogyakarta : UII Pres.
Sabiq, Sayyid. 1988. Nilai-Nilai Islami. Yogyakarta : Sumbangsih Offset.
Sudarsono, 1994.Sepuluh Aspek Agama Islam. Jakarta : Rineka Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar